Hilirisasi batubara di Indonesia merupakan langkah strategis untuk meningkatkan nilai tambah dari sumber daya alam yang melimpah ini. Berbagai teknologi dan opsi hilirisasi telah dikembangkan, masing-masing dengan karakteristik, potensi, dan tantangan tersendiri. Berikut adalah penjelasan rinci mengenai teknologi hilirisasi batubara yang sedang dikembangkan di Indonesia.
1. Gasifikasi Batubara
Gasifikasi batubara adalah proses mengubah batubara menjadi gas sintetis (syngas) yang terdiri dari hidrogen (H₂), karbon monoksida (CO), dan sejumlah kecil metana (CH₄). Proses ini dilakukan dengan memanaskan batubara dalam kondisi terbatas oksigen.
Produk:
- Metanol: Gasifikasi batubara dapat menghasilkan metanol, yang digunakan sebagai bahan baku untuk berbagai produk kimia dan bahan bakar alternatif.
- Amonia: Dalam beberapa kasus, gasifikasi juga diarahkan untuk memproduksi amonia, yang merupakan komponen penting dalam pupuk.
Proyek Terkait:
PT Kaltim Prima Coal (KPC) dan PT Arutmin Indonesia telah mengajukan proyek gasifikasi untuk memproduksi metanol dengan kapasitas masing-masing 1,8 juta ton dan 2,95 juta ton per tahun

2. Dimetil Eter (DME)
DME adalah senyawa organik yang dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif untuk menggantikan LPG. DME dapat diproduksi dari metanol yang berasal dari gasifikasi batubara. Hilirisasi batubara menjadi dimetil eter (DME) merupakan proses yang melibatkan beberapa tahap untuk mengubah batubara menjadi bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan dan dapat menggantikan LPG.
Keunggulan:
- DME memiliki sifat pembakaran yang lebih bersih dibandingkan dengan LPG, sehingga dapat mengurangi emisi karbon dioksida dan polutan lainnya.
Proyek Terkait: Proyek hilirisasi batubara menjadi DME di Tanjung Enim, Sumatera Selatan, yang dikembangkan oleh PT Bukit Asam dan Pertamina, bertujuan untuk memproduksi 1,4 juta ton DME per tahun. Proyek ini diharapkan dapat mengurangi impor LPG hingga 1 juta ton per tahun dan menciptakan
3. Produksi Semi Kokas
Semi kokas adalah produk dari proses pirolisis batubara yang menghasilkan karbon padat dengan kadar volatiles rendah. Proses ini melibatkan pemanasan batubara pada suhu tinggi dalam ketidakadaan udara.
Penggunaan:
Semi kokas digunakan dalam industri baja sebagai pengganti kokas tradisional.
Proyek Terkait:
PT Multi Harapan Utama telah mengajukan proyek peningkatan nilai tambah berupa semi kokas dengan kapasitas produk sebesar 500 ribu ton per tahun
4. Undergroundd Coal Gasification (USG)
UCG adalah teknologi yang memungkinkan gasifikasi dilakukan di bawah tanah. Batubara yang tidak dapat ditambang secara ekonomis dapat dimanfaatkan melalui proses ini. |
Keunggulan: Mengurangi dampak lingkungan dari penambangan terbuka. Memungkinkan pemanfaatan cadangan batubara yang lebih dalam. |
Proyek Terkait:
PT Kideco Jaya Agung sedang mengembangkan proyek UCG dengan kapasitas produk 100 ribu ton amonia per tahun dan 172 ribu ton urea per tahun. |

5. Pembuatan Briket
Briket batubara adalah bahan bakar padat yang dihasilkan dari pengolahan batubara dan bahan pengikat, yang digunakan sebagai alternatif ekonomis dan ramah lingkungan untuk memasak dan proses industri
Briket batubara digunakan dalam berbagai sektor, termasuk industri kecil dan menengah (IKM) untuk proses produksi seperti pembuatan tahu, tempe, dan keramik; sebagai bahan bakar alternatif untuk rumah tangga, terutama di daerah terpencil dengan akses terbatas terhadap LPG; serta dalam proses peleburan logam karena kemampuannya menghasilkan suhu tinggi yang diperlukan untuk melelehkan logam seperti perak dan kuningan.
6. Coal Liquifaction
Coal liquefaction adalah proses kimia yang mengubah batubara menjadi cairan hidrokarbon, seperti minyak. Proses ini dapat dilakukan melalui dua metode utama:
- Direct Liquefaction: Dalam metode ini, batubara diproses dengan menggunakan pelarut dan katalis dalam kondisi suhu dan tekanan tinggi. Proses ini menghasilkan produk cair langsung dari batubara.
- Indirect Liquefaction: Metode ini melibatkan gasifikasi batubara untuk menghasilkan syngas (campuran hidrogen dan karbon monoksida), yang kemudian diubah menjadi bahan bakar cair melalui proses sintesis Fischer-Tropsch.
Penggantian Bahan Bakar Fosil: Coal liquefaction dapat menyediakan alternatif bahan bakar untuk menggantikan minyak bumi.

Hilirisasi batubara di Indonesia menawarkan berbagai opsi teknologi yang menjanjikan untuk meningkatkan nilai tambah dari sumber daya alam ini. Meskipun terdapat tantangan signifikan yang harus dihadapi, potensi ekonomi dan lingkungan dari hilirisasi batubara sangat besar jika dikelola dengan baik. Inovasi dalam teknologi serta dukungan kebijakan pemerintah akan menjadi kunci keberhasilan implementasi hilirisasi ini ke depan.
References:
https://www.esdm.go.id/id/media-center/arsip-berita/resmikan-proyek-hilirisasi-batubara-jadi-dme-presiden-ri-tekan-impor-dan-serap-lapangan-kerja-
https://jurnal.ugm.ac.id/agritech/article/view/9716
https://www.cnbcindonesia.com/news/20240701141752-4-550805/hilirisasi-batu-bara-ri-diramal-baru-mulai-gencar-di-2030
https://www.antaranews.com/berita/4150734/pemerintah-setujui-lima-proyek-hilirisasi-batu-bara-pkp2b
https://www.esdm.go.id/id/media-center/arsip-berita/menteri-esdm-tekankan-hilirisasi-batubara-dalam-transisi-energi